Wednesday, December 3, 2008

Part 9 Kota Pertama

"Kapan kita akan sampai di kota Cansil, pak Barok?" Tanya Krist kepada si Transporter.
"Hei mentang-mentang saya mengendarai Barok, jangan seenaknya memanggil namaku sembarangan. Namaku Mukas," jawab sang Transporter.
"Oh, maaf Mukas, jadi kapan kita sampai di kota Cansil?" Tanya Krist lagi.
"Butuh waktu dua hari untuk sampai di kota Cansil. Karena itu kita singgah di kota Puil satu malam, lalu kita melanjutkan perjalanan keesokan harinya menuju kota Cansil," jawab Mukas.
"Lalu kapan kita sampai di kota Puil?" Tanya Krist lagi.
"kira-kira 5 jam perjalanan dari desa Alberia," jawab Mukas.
"Lama juga ya, padahal lari Barok ini cepat," kata Krist.
"Tentu saja, Barok termasuk hewan darat tercepat, dan ganas. Saya hebat kan bisa membuatnya jinak," kata Mukas menyombongkan diri.
"Iya deh," jawab Krist.

2 jam sudah berlalu semenjak mereka meninggalkan desa Alberia. Mereka kini memasuki wilayah bebatuan. Batu-batu yang ada berukuran besar. Bahkan ada yang tingginya mencapai 30 meter.
"Wah, ini batu?" Tanya Krist kepada Mukas.
"Ya ini adalah batu Grein. Batu ini sangat kuat, biasanya para Pembuat Senjata menggunakan ini sebagai bahan dasar untuk membuat senjata," jelas Mukas.
"Wah, hebat sekali ya, ternyata di dunia ini banyak hal-hal menarik. Aku tak pernah sekalipun keluar dari desa," kata Krist.
"Bila kamu menjadi Hunter, mungkin kamu akan mengelilingi dunia. Masih banyak hal lagi yang bisa kau lihat," kata Mukas.
"Tentu!" Seru Krist.

Tiba-tiba terdengar suara binatang yang keras. "Suara apa itu?" Tanya Krist kaget.
"Mustahil! suara itu kan..." Kata Mukas ketakutan.
Lalu dari balik batu yang sangat besar muncul seekor binatang raksasa. Binatang itu berjalan melata. Berbentuk seperti kadal tetapi sangat besar, panjangnya mencapai 30 meter, tingginya mencapai 4 meter. mempunyai 4 kaki, dan kulit yang keras. Gigi yang tajam terlihat sangat jelas sekali, seakan bisa menghancurkan batu Grein dengan sekali gigit. Barok terlihat sangat imut di depan binatang itu.
"Kenapa bisa ada Zilar di sini? Seharusnya musim ini ia berada di benua bagian utara.." kata Mukas sambil menggigil.
"Zilar? Maksudmu hewan itu?" Tanya Krist.
"LARI!" Teriak Mukas. Kemudian ia mengendarai Barok dan berlari menjauhi Zilar. Tetapi Zilar yang melihatnya langsung mengejarnya dengan cepat.
"Sudahlah. Jangan lari," kata Krist.
"Hah?" Mukas kebingungan.
Lalu Krist melompat turun dari Barok yang berlari cepat tersebut.
"Hei Krist, kamu mau bunuh diri?" Teriak Mukas dari atas Barok.
"Ayo cepat naik lagi! Zilar sangat berbahaya. Sekali gigit kamu pasti sudah pergi ke dunia sana," kata Mukas.
Tiba-tiba monster Zilar tersebut sudah berada 10 meter di hadapan mereka.
"WUAHHH!" Teriak Mukas. Lalu ia kabur bersembunyi di belakang batu yang besar meninggalkan Krist sendirian.
"Gawat, Krist pasti mati, apa yang harus saya lakukan?" pikir Mukas sambil menggigil. Ia tidak berani melihat keadaan di balik batu. Barok pun juga ketakutan.
Tiba-tiba terdengar raungan keras dari monster Zilar. "TIDAK!" Teriak Mukas sambil menutup matanya. Tak sampai beberapa detik, raungannya berhenti. Namun Mukas masih tidak berani melihat. "Pasti Krist sudah tewas, habislah kita semua."

Tiba-tiba ada yang menyentuh belakang pundak Mukas. "Waaa, jangan makan saya! Aku tidak enak sama sekali!" Teriak Mukas ketakutan.
"WAAA!" Teriak Krist kaget."Buat apa teriak-teriak begitu? Aku kaget tahu!"
"Krist? Kamu selamat? Kamu bukan hantu kan?" Tanya Mukas.
"Masih manusia. Ayo kita jalan lagi. Waktu kita sudah terbuang sia-sia," kata Krist.
"Lalu bagaimana dengan Zilar?" Tanya Mukas.
Kemudian dia mengintip dari balik batu. "Apa?" Kata Mukas kaget.
Ia melihat Zilar sudah tewas terpotong-potong menjadi lima.
"Mustahil? Kamu yang membunuhnya?" Tanya Mukas.
"Siapa lagi? Ayo kita berangkat," kata Krist.
"Siapakah orang ini? Benarkah dia dari desa Alberia? Kuat sekali." Pikir Mukas.

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke kota Puil. Setelah menempuh sekitar 3 jam. Mereka tiba di kota Puil. Kota ini tidak besar. Lebih besar sedikit dari desa Alberia.
"Ayo kita cari penginapan," kata Mukas.
"Kota Puil ini tidak terlalu besar ya," kata Krist.
"Iya, kalau di benua bagian selatan, kota-kotanya hampir mirip semua, kecuali kota Cansil, karena di sana berkumpul banyak Transporter. Di sana juga markas besar Transporter benua Asthra ini," jelas Mukas.

Lalu mereka masuk ke sebuah penginapan kecil. Barok diikat di depan penginapan.
"Berapa 1 malam?" Tanya Mukas kepada pemilik penginapan.
"Untuk 2 orang kami kenakan biaya 2000 fach," kata pemilik penginapan tersebut.
"kami ambil," kata Mukas.
"Ngomong-ngomong, bisakah kalian memindahkan binatang kalian? Para penduduk ketakutan," kata pemilik penginapan sambil menunjuk ke arah Barok.
"Maaf," kata Mukas.

Ketika sore tiba, mereka keluar dari penginapan untuk mencari makan.
"Lapar saya," kata Krist.
"Ayo kita cari restoran yang enak dan murah," kata Mukas.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara gaduh. Lalu terlihat banyak orang-orang berlarian.
"Apa yang terjadi?" Tanya Mukas kepada salah seorang yang berlari.
"Perampok! Sebuah kelompok perampok datang menaiki kuda. Mereka membunuh para penduduk dan mengambil harta mereka. Kamu cepatlah lari," kata orang tersebut kemudian ia lari.
"Merepotkan, kalau begini bagaimana kita bisa makan dengan tenang," kata Krist.

2 kuda dengan penunggangnya berlari menuju ke arah Krist dan Mukas dari kejauhan.
"Minggir!" Teriak salah satu penunggangnya sambil menebas-nebas udara dengan pisaunya. Begitu kedua kuda itu dekat dengan Krist. Krist melompat, lalu menendang kedua orang itu sehingga mereka terjatuh dari kuda. Teman-teman mereka melihat hal itu dari kejauhan. "Lihat, kedua teman kita terjatuh dari kudanya. Orang itu berani sekali melawan kita. Ayo kita serang," teriak salah seorang perampok dari kejauhan.
"Aku lepas Barok dulu," kata Mukas.
"Untuk apa?" Tanya Krist.
"Barok adalah hewan yang sangat kuat dan ganas awalnya. Mungkin bisa berguna melawan mereka," kata Mukas. Kemudian ia melepas hewan berbulu lebat hitam yang ganas tersebut. Para perampok sudah tiba di hadapan Mukas dan Krist. "Hebat juga kamu menjatuhkan kedua teman kami," kata seorang perampok. "Serang!"
Ketika para perampok mau mulai menyerang, Barok yang ganas melompat ke arah mereka. Ia mencakar, mencabik para perampok tersebut. "Mengapa ada Barok di sini?" Seru seorang perampok ketakutan. Satu per satu perampok tercabik oleh Barok.
"Jangan hadapi Barok! Serang manusianya saja," teriak satu perampok.
Lalu 5 perampok berlari menyerang ke arah Krist. Dengan mudahnya Krist menjatuhkan perampok tersebut dengan pukulannya.
"Aliran kalian mudah dibaca," kata Krist sambil memukul seorang perampok.

"2 orang saja tidak bisa kalian habiskan?" Kata seorang yang baru muncul dari belakang. Orang itu bertubuh besar. Tingginya melebihi 2 meter. Otot-otot yang besar terlihat.
"Ketua!" Teriak seorang perampok. "Mereka sangat kuat!"
Kemudian ketua memukul orang itu sehingga terpental sejauh 10 meter.
"Apa mereka lebih kuat dariku? Tidak mungkin bukan? Kalianlah yang terlalu lemah!" Seru ketua perampok tersebut.
"Maaf ketua," kata seorang perampok.
Tiba-tiba Barok berlari, lalu melompat ke arah ketua perampok tersebut. Ketika hampir tergigit, ketua perampok tersebut lalu memukul Barok sehingga terpental sampai menabrak dinding sebuah rumah.
"Barok!" Seru Mukas.
"Sama hewan lemah tersebut saja kalian sudah kewalahan. LEMAH!" Teriak ketua perampok tersebut kepada kelompoknya.
Lalu ia berjalan ke arah Krist.
"Anak muda, kamu cukup hebat bisa menghabisi 5 anak buahku sekaligus. Kamu akan kumaafkan bila kamu mau bergabung menjadi anak buahku. Kalau tidak, mungkin hari ini adalah hari terakhir kamu melihat dunia," katanya.
"Ga ah," jawab Krist menolak tawaran tersebut.
"Lancang sekali kau berani menolak tawaranku, kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Brueno Fagot. Harga kepalaku mencapai 6 juta fach," kata Brueno menyombongkan diri.
"Oh," kata Krist tidak peduli.
"Kurang ajar!" Seru Brueno. Kemudian ia melayangkan pukulannya ke arah wajah Krist.
Krist dengan mudahnya menahan pukulan Brueno dengan satu tangan.
"Mustahil! Kekuatan pukulan ketua yang bahkan bisa menghancurkan batu Grein dengan mudah ditahannya hanya dengan satu tangan," kata seorang perampok.
"Jangan remehkan aku!" Seru Brueno sambil melayangkan pukulan dengan tangannya yang lain. Lagi-lagi dengan mudah ditahan oleh satu tangan Krist yang lainnya. Kemudian Krist menendang sendi siku kedua lengan Brueno. Kedua tangan Brueno patah dalam sekejap.
"WAAAA" Teriak Brueno kesakitan.
"Ini untuk Barok," kata Krist sambil menendang perut Brueno.
Brueno terpental sejauh 1 meter. "Hanya terpental 1 meter? kamu hebat juga," kata Krist.
"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Brueno yang jatuh terlentang di atas tanah.
"Aku adalah Hunter nomor 1....yang akan datang," kata Krist.
"Hahaha, orang sepertimu menjadi Hunter nomor 1? Mustahil!" kata Brueno mengejek Krist.
"Tentu saja!" kata Krist.
"Hahaha, tidak mungkin kamu menjadi nomor 1, tidak mung..." Kemudian Brueno pingsan.
"Ketua ditaklukkan dengan mudah. Orang ini bukan orang sembarangan. Lari!" Teriak seorang perampok. Lalu para perampok itu lari meninggalkan kota tersebut dengan kudanya.
"HOREEEE!" Teriak para penduduk kota Puil.
"Kamu adalah penyelamat kami!"
"Luar biasa"
"Kita selamat!"
Seluruh penduduk bersorak sorai melihat perampok yang berlari ketakutan meninggalkan kota Puil. Mereka menyoraki Krist dan Mukas.
"Aku tak pernah sekalipun disoraki seperti ini. dan Barok hanya luka kecil Krist, aku sungguh senang," teriak Mukas.
"Baguslah. Aku lapar, ayo kita makan," kata Krist kepada Mukas.
Kemudian mereka pergi mencari restoran. Di tengah jalan, datanglah mayor kota Puil.
Kemudian ia menyalami Krist dan Mukas. "Seluruh penduduk kota Puil mengucapkan terima kasih kepada kalian sebesar-besarnya," kata mayor tersebut.
"Sama-sama, tapi aku lapar sekali," kata Krist sambil memegang perutnya.
"Hahaha, mari kita makan bersama-sama, aku yang bayar semuanya. Kalian semua saya traktir," seru mayor.
"HORE!" Teriak para penduduk. "Mari pesta!"

Suasana pesta sangat meriah sekali. Mereka semua bergirang karena para perampok semua berhasil diusir dari kota Puil. "Untuk Krist dan Mukas, mari bersulang!" Seru mayor. Mereka mengadakan lomba minum arak. Tentu saja Krist yang menang. Ia tidak bisa mabuk sedikitpun. Pesta berlanjut sampai larut malam.

Keesokan harinya pagi-pagi, Krist dan Mukas sudah bersiap-siap untuk pergi menuju kota berikutnya. "Kalian hati-hatilah di jalan, ini ada sebagian tanda terima kasih dari kami," kata mayor sambil menyerahkan sekantung berisi uang.
"Kami tidak bisa menerima ini. Kami melakukannya dengan ikhlas. Lagipula kemarin kami sudah ditraktir makan. Biaya penginapan kamipun gratis," kata Krist.
"Bukankah kalau seseorang memberi kemudian ditolak, merupakan hal yang menyakitkan? Ayo, ambil ini," kata mayor.
"Baiklah," Krist mengambil kantung tersebut.
"Kami berjalan dulu, doakan saya bisa menjadi seorang Hunter ya," kata Krist.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah tempat dimana berkumpul para Transporter, kota Cansil.

No comments: