"Kapan kita akan sampai di kota Cansil, pak Barok?" Tanya Krist kepada si Transporter.
"Hei mentang-mentang saya mengendarai Barok, jangan seenaknya memanggil namaku sembarangan. Namaku Mukas," jawab sang Transporter.
"Oh, maaf Mukas, jadi kapan kita sampai di kota Cansil?" Tanya Krist lagi.
"Butuh waktu dua hari untuk sampai di kota Cansil. Karena itu kita singgah di kota Puil satu malam, lalu kita melanjutkan perjalanan keesokan harinya menuju kota Cansil," jawab Mukas.
"Lalu kapan kita sampai di kota Puil?" Tanya Krist lagi.
"kira-kira 5 jam perjalanan dari desa Alberia," jawab Mukas.
"Lama juga ya, padahal lari Barok ini cepat," kata Krist.
"Tentu saja, Barok termasuk hewan darat tercepat, dan ganas. Saya hebat kan bisa membuatnya jinak," kata Mukas menyombongkan diri.
"Iya deh," jawab Krist.
2 jam sudah berlalu semenjak mereka meninggalkan desa Alberia. Mereka kini memasuki wilayah bebatuan. Batu-batu yang ada berukuran besar. Bahkan ada yang tingginya mencapai 30 meter.
"Wah, ini batu?" Tanya Krist kepada Mukas.
"Ya ini adalah batu Grein. Batu ini sangat kuat, biasanya para Pembuat Senjata menggunakan ini sebagai bahan dasar untuk membuat senjata," jelas Mukas.
"Wah, hebat sekali ya, ternyata di dunia ini banyak hal-hal menarik. Aku tak pernah sekalipun keluar dari desa," kata Krist.
"Bila kamu menjadi Hunter, mungkin kamu akan mengelilingi dunia. Masih banyak hal lagi yang bisa kau lihat," kata Mukas.
"Tentu!" Seru Krist.
Tiba-tiba terdengar suara binatang yang keras. "Suara apa itu?" Tanya Krist kaget.
"Mustahil! suara itu kan..." Kata Mukas ketakutan.
Lalu dari balik batu yang sangat besar muncul seekor binatang raksasa. Binatang itu berjalan melata. Berbentuk seperti kadal tetapi sangat besar, panjangnya mencapai 30 meter, tingginya mencapai 4 meter. mempunyai 4 kaki, dan kulit yang keras. Gigi yang tajam terlihat sangat jelas sekali, seakan bisa menghancurkan batu Grein dengan sekali gigit. Barok terlihat sangat imut di depan binatang itu.
"Kenapa bisa ada Zilar di sini? Seharusnya musim ini ia berada di benua bagian utara.." kata Mukas sambil menggigil.
"Zilar? Maksudmu hewan itu?" Tanya Krist.
"LARI!" Teriak Mukas. Kemudian ia mengendarai Barok dan berlari menjauhi Zilar. Tetapi Zilar yang melihatnya langsung mengejarnya dengan cepat.
"Sudahlah. Jangan lari," kata Krist.
"Hah?" Mukas kebingungan.
Lalu Krist melompat turun dari Barok yang berlari cepat tersebut.
"Hei Krist, kamu mau bunuh diri?" Teriak Mukas dari atas Barok.
"Ayo cepat naik lagi! Zilar sangat berbahaya. Sekali gigit kamu pasti sudah pergi ke dunia sana," kata Mukas.
Tiba-tiba monster Zilar tersebut sudah berada 10 meter di hadapan mereka.
"WUAHHH!" Teriak Mukas. Lalu ia kabur bersembunyi di belakang batu yang besar meninggalkan Krist sendirian.
"Gawat, Krist pasti mati, apa yang harus saya lakukan?" pikir Mukas sambil menggigil. Ia tidak berani melihat keadaan di balik batu. Barok pun juga ketakutan.
Tiba-tiba terdengar raungan keras dari monster Zilar. "TIDAK!" Teriak Mukas sambil menutup matanya. Tak sampai beberapa detik, raungannya berhenti. Namun Mukas masih tidak berani melihat. "Pasti Krist sudah tewas, habislah kita semua."
Tiba-tiba ada yang menyentuh belakang pundak Mukas. "Waaa, jangan makan saya! Aku tidak enak sama sekali!" Teriak Mukas ketakutan.
"WAAA!" Teriak Krist kaget."Buat apa teriak-teriak begitu? Aku kaget tahu!"
"Krist? Kamu selamat? Kamu bukan hantu kan?" Tanya Mukas.
"Masih manusia. Ayo kita jalan lagi. Waktu kita sudah terbuang sia-sia," kata Krist.
"Lalu bagaimana dengan Zilar?" Tanya Mukas.
Kemudian dia mengintip dari balik batu. "Apa?" Kata Mukas kaget.
Ia melihat Zilar sudah tewas terpotong-potong menjadi lima.
"Mustahil? Kamu yang membunuhnya?" Tanya Mukas.
"Siapa lagi? Ayo kita berangkat," kata Krist.
"Siapakah orang ini? Benarkah dia dari desa Alberia? Kuat sekali." Pikir Mukas.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke kota Puil. Setelah menempuh sekitar 3 jam. Mereka tiba di kota Puil. Kota ini tidak besar. Lebih besar sedikit dari desa Alberia.
"Ayo kita cari penginapan," kata Mukas.
"Kota Puil ini tidak terlalu besar ya," kata Krist.
"Iya, kalau di benua bagian selatan, kota-kotanya hampir mirip semua, kecuali kota Cansil, karena di sana berkumpul banyak Transporter. Di sana juga markas besar Transporter benua Asthra ini," jelas Mukas.
Lalu mereka masuk ke sebuah penginapan kecil. Barok diikat di depan penginapan.
"Berapa 1 malam?" Tanya Mukas kepada pemilik penginapan.
"Untuk 2 orang kami kenakan biaya 2000 fach," kata pemilik penginapan tersebut.
"kami ambil," kata Mukas.
"Ngomong-ngomong, bisakah kalian memindahkan binatang kalian? Para penduduk ketakutan," kata pemilik penginapan sambil menunjuk ke arah Barok.
"Maaf," kata Mukas.
Ketika sore tiba, mereka keluar dari penginapan untuk mencari makan.
"Lapar saya," kata Krist.
"Ayo kita cari restoran yang enak dan murah," kata Mukas.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara gaduh. Lalu terlihat banyak orang-orang berlarian.
"Apa yang terjadi?" Tanya Mukas kepada salah seorang yang berlari.
"Perampok! Sebuah kelompok perampok datang menaiki kuda. Mereka membunuh para penduduk dan mengambil harta mereka. Kamu cepatlah lari," kata orang tersebut kemudian ia lari.
"Merepotkan, kalau begini bagaimana kita bisa makan dengan tenang," kata Krist.
2 kuda dengan penunggangnya berlari menuju ke arah Krist dan Mukas dari kejauhan.
"Minggir!" Teriak salah satu penunggangnya sambil menebas-nebas udara dengan pisaunya. Begitu kedua kuda itu dekat dengan Krist. Krist melompat, lalu menendang kedua orang itu sehingga mereka terjatuh dari kuda. Teman-teman mereka melihat hal itu dari kejauhan. "Lihat, kedua teman kita terjatuh dari kudanya. Orang itu berani sekali melawan kita. Ayo kita serang," teriak salah seorang perampok dari kejauhan.
"Aku lepas Barok dulu," kata Mukas.
"Untuk apa?" Tanya Krist.
"Barok adalah hewan yang sangat kuat dan ganas awalnya. Mungkin bisa berguna melawan mereka," kata Mukas. Kemudian ia melepas hewan berbulu lebat hitam yang ganas tersebut. Para perampok sudah tiba di hadapan Mukas dan Krist. "Hebat juga kamu menjatuhkan kedua teman kami," kata seorang perampok. "Serang!"
Ketika para perampok mau mulai menyerang, Barok yang ganas melompat ke arah mereka. Ia mencakar, mencabik para perampok tersebut. "Mengapa ada Barok di sini?" Seru seorang perampok ketakutan. Satu per satu perampok tercabik oleh Barok.
"Jangan hadapi Barok! Serang manusianya saja," teriak satu perampok.
Lalu 5 perampok berlari menyerang ke arah Krist. Dengan mudahnya Krist menjatuhkan perampok tersebut dengan pukulannya.
"Aliran kalian mudah dibaca," kata Krist sambil memukul seorang perampok.
"2 orang saja tidak bisa kalian habiskan?" Kata seorang yang baru muncul dari belakang. Orang itu bertubuh besar. Tingginya melebihi 2 meter. Otot-otot yang besar terlihat.
"Ketua!" Teriak seorang perampok. "Mereka sangat kuat!"
Kemudian ketua memukul orang itu sehingga terpental sejauh 10 meter.
"Apa mereka lebih kuat dariku? Tidak mungkin bukan? Kalianlah yang terlalu lemah!" Seru ketua perampok tersebut.
"Maaf ketua," kata seorang perampok.
Tiba-tiba Barok berlari, lalu melompat ke arah ketua perampok tersebut. Ketika hampir tergigit, ketua perampok tersebut lalu memukul Barok sehingga terpental sampai menabrak dinding sebuah rumah.
"Barok!" Seru Mukas.
"Sama hewan lemah tersebut saja kalian sudah kewalahan. LEMAH!" Teriak ketua perampok tersebut kepada kelompoknya.
Lalu ia berjalan ke arah Krist.
"Anak muda, kamu cukup hebat bisa menghabisi 5 anak buahku sekaligus. Kamu akan kumaafkan bila kamu mau bergabung menjadi anak buahku. Kalau tidak, mungkin hari ini adalah hari terakhir kamu melihat dunia," katanya.
"Ga ah," jawab Krist menolak tawaran tersebut.
"Lancang sekali kau berani menolak tawaranku, kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Brueno Fagot. Harga kepalaku mencapai 6 juta fach," kata Brueno menyombongkan diri.
"Oh," kata Krist tidak peduli.
"Kurang ajar!" Seru Brueno. Kemudian ia melayangkan pukulannya ke arah wajah Krist.
Krist dengan mudahnya menahan pukulan Brueno dengan satu tangan.
"Mustahil! Kekuatan pukulan ketua yang bahkan bisa menghancurkan batu Grein dengan mudah ditahannya hanya dengan satu tangan," kata seorang perampok.
"Jangan remehkan aku!" Seru Brueno sambil melayangkan pukulan dengan tangannya yang lain. Lagi-lagi dengan mudah ditahan oleh satu tangan Krist yang lainnya. Kemudian Krist menendang sendi siku kedua lengan Brueno. Kedua tangan Brueno patah dalam sekejap.
"WAAAA" Teriak Brueno kesakitan.
"Ini untuk Barok," kata Krist sambil menendang perut Brueno.
Brueno terpental sejauh 1 meter. "Hanya terpental 1 meter? kamu hebat juga," kata Krist.
"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Brueno yang jatuh terlentang di atas tanah.
"Aku adalah Hunter nomor 1....yang akan datang," kata Krist.
"Hahaha, orang sepertimu menjadi Hunter nomor 1? Mustahil!" kata Brueno mengejek Krist.
"Tentu saja!" kata Krist.
"Hahaha, tidak mungkin kamu menjadi nomor 1, tidak mung..." Kemudian Brueno pingsan.
"Ketua ditaklukkan dengan mudah. Orang ini bukan orang sembarangan. Lari!" Teriak seorang perampok. Lalu para perampok itu lari meninggalkan kota tersebut dengan kudanya.
"HOREEEE!" Teriak para penduduk kota Puil.
"Kamu adalah penyelamat kami!"
"Luar biasa"
"Kita selamat!"
Seluruh penduduk bersorak sorai melihat perampok yang berlari ketakutan meninggalkan kota Puil. Mereka menyoraki Krist dan Mukas.
"Aku tak pernah sekalipun disoraki seperti ini. dan Barok hanya luka kecil Krist, aku sungguh senang," teriak Mukas.
"Baguslah. Aku lapar, ayo kita makan," kata Krist kepada Mukas.
Kemudian mereka pergi mencari restoran. Di tengah jalan, datanglah mayor kota Puil.
Kemudian ia menyalami Krist dan Mukas. "Seluruh penduduk kota Puil mengucapkan terima kasih kepada kalian sebesar-besarnya," kata mayor tersebut.
"Sama-sama, tapi aku lapar sekali," kata Krist sambil memegang perutnya.
"Hahaha, mari kita makan bersama-sama, aku yang bayar semuanya. Kalian semua saya traktir," seru mayor.
"HORE!" Teriak para penduduk. "Mari pesta!"
Suasana pesta sangat meriah sekali. Mereka semua bergirang karena para perampok semua berhasil diusir dari kota Puil. "Untuk Krist dan Mukas, mari bersulang!" Seru mayor. Mereka mengadakan lomba minum arak. Tentu saja Krist yang menang. Ia tidak bisa mabuk sedikitpun. Pesta berlanjut sampai larut malam.
Keesokan harinya pagi-pagi, Krist dan Mukas sudah bersiap-siap untuk pergi menuju kota berikutnya. "Kalian hati-hatilah di jalan, ini ada sebagian tanda terima kasih dari kami," kata mayor sambil menyerahkan sekantung berisi uang.
"Kami tidak bisa menerima ini. Kami melakukannya dengan ikhlas. Lagipula kemarin kami sudah ditraktir makan. Biaya penginapan kamipun gratis," kata Krist.
"Bukankah kalau seseorang memberi kemudian ditolak, merupakan hal yang menyakitkan? Ayo, ambil ini," kata mayor.
"Baiklah," Krist mengambil kantung tersebut.
"Kami berjalan dulu, doakan saya bisa menjadi seorang Hunter ya," kata Krist.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya adalah tempat dimana berkumpul para Transporter, kota Cansil.
Wednesday, December 3, 2008
Monday, December 1, 2008
Part 8 Awal Perjalanan
Seminggu sudah lewat sejak hari ia diperbolehkan pergi menjadi seorang Hunter. "Krist, sudah satu minggu lewat, kenapa kamu belum pergi juga?" tanya Ace.
"Entahlah, aku bingung apa yang harus aku siapkan dan lakukan sekarang. Lagipula aku tidak tega meninggalkan ayah," kata Krist.
"BODOHHH," seru Ace sambil mencoba memukul kepala Krist yang berhasil ditahan oleh Krist. "Memangnya kau bicara sama siapa? di depanmu ini..."
"Ya, Ace Fuego, seorang Hunter legendaris..." kata Krist melanjutkan.
"Tenanglah saja nak, ayah berjanji sebelum kamu pulang kembali, ayah menolak untuk meninggal," kata Ace.
"Tapi.."
"Tidak ada tapi-tapian, bukankah ini sudah menjadi mimpimu semenjak kamu masih kecil? Kejarlah mimpimu nak," kata Ace bijaksana. "Ayah tahu, memang berat meninggalkan orang-orang yang disayang, tapi karena ada perpisahan, tentu saja ada pertemuan kembali bukan? Pergilah nak."
"Iya..." kata Krist ragu-ragu.
Ace mengetahui kalau Krist ragu-ragu, tetapi dia diam saja.
"Aku pergi membeli arak dulu, kamu jaga rumah ya," kata Ace kepada Krist.
"Baiklah," kata Krist. Lalu Ace pergi keluar rumah.
Petang sudah tiba, tetapi Ace belum juga kembali.
"Sudah 6 jam ayah keluar rumah, mengapa belum kembali?" pikir Krist yang berada di atas ranjangnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu.
"Wah pasti ayah," kata Krist. Kemudian dia membuka pintu. Tetapi yang di hadapannya bukanlah ayahnya, melainkan seorang sahabat Krist yang gemuk, Megat.
"Hai Megat! Apa yang membawamu kemari? Ngomong-ngomong, kenapa kamu terlihat panik dan kelelahan? Kamu berlari ke sini?" tanya Krist kepada Megat.
"Ayahmu! Ayahmu diculik oleh seseorang yang memakai topeng!" Kata Megat terengah-engah.
"Apa? Yang benar? Sekarang dia dimana?" Tanya Krist kaget.
"Aku melihat ayahmu dibawa ke sebuah gudang," kata Megat. "Ikut aku, aku tahu tempatnya."
Kemudian Krist mengambil pedang milik ayahnya yang berada di bawah ranjang.
"Ayo!" teriak Krist sambil berlari.
Kemudian mereka menelusuri hutan menuju desa. Setibanya di desa, mereka berlari ke belakang kedai. Di sana ada sebuah bangunan besar yang berfungsi sebagai gudang.
Krist memasuki gudang itu, sementara Megat tidak berani masuk.
"Hei kembalikan ayahku!" Teriak Krist begitu memasuki gudang. Tiba- tiba dari atas kepala Krist, ada pria bertopeng lompat dari atas mencoba memukul kepala Krist. Tetapi Krist berhasil menghindarnya. Pria tersebut kemudian melompat mundur untuk menjaga jarak. "Siapa kamu? Di mana kau sembunyikan ayahku?" tanya Krist. Lalu pria bertopeng tersebut menunjuk ke arah belakang tubuhnya. Di sana ada seorang lelaki terikat di tiang. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang berwarna putih. Dari baju dan rambutnya, Krist mengetahui kalau itu adalah ayahnya.
"KURANG AJARRR!" Teriak Krist sambil melompat menerjang ke arah pria bertopeng tersebut. Krist memukul orang tersebut bertubi-tubi dengan kecepatan tinggi. Tetapi semua pukulan tersebut berhasil ditahan. Pertarungan sengit terjadi. Krist berusaha menyerang pria bertopeng tersebut, tetapi tidak satu serangan pun yang berhasil mendarat di tubuhnya. Begitu ada celah sedikit, pria tersebut menyarangkan tendangannya di perut Krist. Krist terpental sampai hampir menabrak dinding.
"Kuat sekali orang ini, siapakah dia sebenarnya?" pikir Krist.
Krist menarik pedang dari sarungnya, kemudian mulai menyerang pria bertopeng. Ia mencoba menebas ke arah pria tersebut, tetapi pria tersebut dengan lihainya berhasil menghindari semua tebasan tersebut. "Jangan-jangan, dia adalah seorang Underground Hunter yang pernah menyerang ayah waktu itu," pikir Krist yang teringat cerita ayahnya dahulu.
"Orang ini gesit sekali, kalau begini tidak akan ada habisnya," pikir Krist. "Baiklah sekarang saatnya kugunakan jurusku."
Lalu Krist mengambil Bracer dari kantungnya dan memakainya di pergelangan tangan kirinya. Kemudian dia menyentuh ujung pedangnya, tiba-tiba api menyelubungi pedang tersebut.
"Pedang Api," kata Krist. Lalu Krist kembali menerjang ke arah pria tersebut. Ia menebas pedangnya ke arah pria bertopeng itu. Pria bertopeng tersebut berhasil menghindari pedangnya, tetapi tidak bisa menghindari apinya. Api itu membakar sebagian pakaiannya.
"Panas," pikir pria bertopeng tersebut sambil menghindar tebasan pedang Krist. Krist melihat lawannya sudah mulai kehilangan konsentrasi karena pengaruh apinya. Kemudian mengambil kesempatan tersebut dan berhasil membelah topeng orang itu.
Krist kaget begitu melihat orang yang ada di balik topeng tersebut. Orang itu adalah ayahnya sendiri.
"Loh ayah?" kata Krist kaget. "Lalu itu siapa?" Kata Krist sambil menunjuk orang yang diikat di tiang. Lalu Krist berjalan ke arah orang yang diikat tersebut. Kemudian mengangkat wajahnya.
"BWEEEE!" kata orang tersebut yang ternyata adalah teman Krist yang memakai wig palsu, Bardy.
"Bardy, kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Krist bingung.
"Ini semua adalah rencana ayahmu," kata Bardy.
"Ayah? apa maksudnya ini?" Tanya Krist kepada ayah.
"Bagaimana kekuatan pria bertopeng barusan? Kuat bukan? Sudah kubilang ayahmu ini adalah Hunter legendaris, meskipun kemampuan sudah menurun jauh karena sudah tua, tetapi tetap saja masih kuat, kamu tidak usah khawatirkan ayah lagi," kata Ace.
"Ayah..." kata Krist pelan.
"Ya benar, berangkatlah Krist," kata Megat yang masuk dari luar pintu gudang. "Aku iri, padahal aku duluan yang bermimpi ingin menjadi Hunter, tetapi ternyata kamu duluan yang pergi."
"Pergilah Krist," kata Bardy yang masih terikat tersebut.
"Kalian..." kata Krist. Kemudian Krist mulai menitikkan air mata. "Kalian begitu memikirkan diriku, terima kasih..." Krist dibanjiri oleh air mata terharu.
"Ngomong-ngomong," kata Bardy. "Bisa tolong lepaskan ikatan ini? aku sudah mulai encok."
Kemudian mereka keluar dari gudang tersebut. "Baiklah, nanti malam di rumah kita pesta minum. Megat, Bardy, ajak teman-temanmu yang lain. Kita adakan acara perpisahan untuk Krist...eh bukan..tetapi acara pengusiran, hahaha," kata Ace.
"Oke, kami akan datang. Tunggu kami ya Krist," kata Megat sambil berlari ke arah desa.
Begitu malam tiba, teman-teman Krist berjumlah 5 orang datang ke rumah Krist. Mereka memulai pesta perpisahan. "Untuk Krist yang akan menjadi Hunter! Mari bersulang!" teriak Megat mengangkat botol araknya. "Yoooo!" Teriak Ace, Krist, dan teman-temannya yang lain. Pesta perpisahan berlangsung secara meriah. Megat menunjukkan tarian perutnya yang penuh dengan lemak. Bardy yang kurus mulai melakukan hand-stand tetapi terus terjatuh. Pesta tersebut penuh dengan canda tawa.
3 jam setelah itu, teman-teman Krist semua tertidur karena mabuk arak. Namun Krist tidak mabuk, ia pergi keluar rumah. "Sudah subuh masih saja di luar rumah," kata Ace.
"Eh ayah, ayah sendiri tidak tidur?" tanya Krist.
"Ayah tadi hanya minum sedikit. Ngomong-ngomong tadi kulihat kamu minum banyak, tetapi tidak mabuk sedikitpun. Hebat juga kamu. Hahaha," canda Ace.
"Tentu! Anak siapa dulu?" Kata Krist.
"Besok berangkatlah subuh-subuh. Aku sudah menyiapkan seorang Transporter lokal. Tetapi dia hanya bisa berjalan sejauh 2 kota saja. Ia hanya bisa menggunakan Barok. Ya maklumlah, seorang Transporter lokal. Masih untung ada seorang Transporter di desa ini," jelas Ace. "Bila kamu mau menjadi Hunter, pergilah ke kota Gelardo. Di sana ada markas utama Hunter benua Asthra ini. Kamu mendaftarlah di sana."
"Bagaimana caranya sampai ke Gelardo?" Tanya Krist.
"Pertama kamu ke kota Cansil dengan menggunakan Barok. Lalu sesampai di sana, carilah seorang Transporter. Transporter kota Cansil bisa mengendarai hewan terbang seperti Ptera dan lainnya. Tidak seperti di desa Alberia ini, yang ada cuma Barok yang bisa berlari saja. Lalu dari Cansil kamu bisa langsung terbang ke kota Gelardo, mudah kan?" Jelas Ace.
"Mudah-mudah susah sih," kata Krist.
"Oiya, aku kenal seorang Transporter di sana, namanya Wij. Bila kamu sudah sampai di sana, carilah dia dan sebutkan saja namaku, pasti dia mau membantumu," kata Ace.
"Wij ya, akan kuingat-ingat. Doakan semoga tidak lupa saja ya, hahaha," kata Krist.
"Ada hal yang ingin kutanyakan ayah," kata Krist.
"Apa itu?" Tanya Ace.
"Selama ini aku merasa aneh, ayah kan tidak punya Mark. Mengapa mempunyai Bracer?" Tanya Krist.
"Itu adalah Bracer milik temanku, suatu hari dia tiba-tiba saja menghilang, pergi tanpa Bracer miliknya. Jadi kusimpan saja," kata Ace.
"Kenapa diberikan kepadaku? mungkin saja ia ingin mengambilnya kembali," kata Krist.
"Tenang saja, Bracer itu sudah jadi milikmu, lagipula mungkin dia sudah tidak menginginkannya lagi," kata Ace.
"Kenapa dia tidak menginginkannya lagi?" tanya Krist ingin tahu.
"Ahh sudahlah. Tidak penting," kata Ace.
Karena merasa sepertinya ayahnya tidak ingin membicarakan hal tersebut, Krist tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
"Krist, ada sesuatu yang ingin kuberitahu kepadamu sejak dahulu," kata Ace.
"Apa itu?" Tanya Krist.
"Aku merasa sepertinya kamu sudah cukup besar untuk mengetahui hal ini, dan aku ingin engkau mengetahui hal ini sebelum pergi supaya tidak ada penyesalan,"
"Ya, apa itu?"
"Krist, aku bukanlah ayah kandungmu..."
Krist terdiam. Ia tahu bahwa ayahnya kali ini tidak bercanda.
"Aku menemukanmu di hutan. Orangtua kandungmu meninggalkanmu di hutan. Aku mencari orangtuamu tapi tidak kunjung ketemu. Jadi kamu kuangkat sebagai anak. Maafkan aku baru memberitahumu sekarang. Kamu pasti terluka..." Kata Ace.
Krist hanya bisa terdiam. Setelah beberapa saat, Krist berjalan mendekati Ace. Krist dan Ace saling berpandangan. Lalu tak disangka, Krist memeluk Ace.
"Jujur, aku agak kaget mendengar hal itu. Tetapi aku tidak peduli. Bagiku kau adalah ayahku yang sesungguhnya. Perhatian yang kau beri selama ini, latihan selama ini, kasih sayang yang kudapatkan, semuanya adalah nyata. Kita adalah ayah dan anak, terima kasih ayah," kata Krist sambil memeluk Ace.
"Terima kasih...Krist..." kata Ace perlahan. Air mata mengalir dari matanya.
Keesokan harinya di pagi hari Krist sudah bersiap-siap akan berangkat. Ia membawa pedang milik Ace dan Bracer. Tak lupa ia membawa botol minum dan makanan. Tak lama kemudia, Ace, Krist dan teman-teman Krist sudah berada di pintu gerbang desa Alberia.
"Inikah Barok?" tanya Krist yang melihat seekor binatang berkaki empat yang terlihat ganas. Barok adalah hewan karnivora, ia mempunyai bulu yang sangat lebat, moncong yang panjang, dan gigi yang tajam. Ia bisa dinaiki maksimal dua orang. Bila tidak ada Transporter, tentu saja hewan tersebut akan segera memangsa orang-orang yang ada di sana.
"Kau hanya boleh kembali kalau sudah menjadi nomor 1," seru Megat.
"Jangan lupa oleh-oleh kalau sudah kembali ya," kata Bardy.
"Sip deh," kata Krist.
"Ayah akan baik-baik saja di sini. Pesan ayah, jangan mati," kata Ace.
"Ah ayah, belum pergi saja sudah menyumpahi aku," jawab Krist. Teman-teman Krist semuanya tertawa.
"Baiklah saya pergi dahulu ya, doakan saya sukses. Ayo kita berangkat, pak Transporter," kata Krist.
Kemudian berangkatlah Krist bersama Transporternya menuju kota Cansil.
"Jadilah nomor 1!" Teriak Ace dari kejauhan.
"Entahlah, aku bingung apa yang harus aku siapkan dan lakukan sekarang. Lagipula aku tidak tega meninggalkan ayah," kata Krist.
"BODOHHH," seru Ace sambil mencoba memukul kepala Krist yang berhasil ditahan oleh Krist. "Memangnya kau bicara sama siapa? di depanmu ini..."
"Ya, Ace Fuego, seorang Hunter legendaris..." kata Krist melanjutkan.
"Tenanglah saja nak, ayah berjanji sebelum kamu pulang kembali, ayah menolak untuk meninggal," kata Ace.
"Tapi.."
"Tidak ada tapi-tapian, bukankah ini sudah menjadi mimpimu semenjak kamu masih kecil? Kejarlah mimpimu nak," kata Ace bijaksana. "Ayah tahu, memang berat meninggalkan orang-orang yang disayang, tapi karena ada perpisahan, tentu saja ada pertemuan kembali bukan? Pergilah nak."
"Iya..." kata Krist ragu-ragu.
Ace mengetahui kalau Krist ragu-ragu, tetapi dia diam saja.
"Aku pergi membeli arak dulu, kamu jaga rumah ya," kata Ace kepada Krist.
"Baiklah," kata Krist. Lalu Ace pergi keluar rumah.
Petang sudah tiba, tetapi Ace belum juga kembali.
"Sudah 6 jam ayah keluar rumah, mengapa belum kembali?" pikir Krist yang berada di atas ranjangnya.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu.
"Wah pasti ayah," kata Krist. Kemudian dia membuka pintu. Tetapi yang di hadapannya bukanlah ayahnya, melainkan seorang sahabat Krist yang gemuk, Megat.
"Hai Megat! Apa yang membawamu kemari? Ngomong-ngomong, kenapa kamu terlihat panik dan kelelahan? Kamu berlari ke sini?" tanya Krist kepada Megat.
"Ayahmu! Ayahmu diculik oleh seseorang yang memakai topeng!" Kata Megat terengah-engah.
"Apa? Yang benar? Sekarang dia dimana?" Tanya Krist kaget.
"Aku melihat ayahmu dibawa ke sebuah gudang," kata Megat. "Ikut aku, aku tahu tempatnya."
Kemudian Krist mengambil pedang milik ayahnya yang berada di bawah ranjang.
"Ayo!" teriak Krist sambil berlari.
Kemudian mereka menelusuri hutan menuju desa. Setibanya di desa, mereka berlari ke belakang kedai. Di sana ada sebuah bangunan besar yang berfungsi sebagai gudang.
Krist memasuki gudang itu, sementara Megat tidak berani masuk.
"Hei kembalikan ayahku!" Teriak Krist begitu memasuki gudang. Tiba- tiba dari atas kepala Krist, ada pria bertopeng lompat dari atas mencoba memukul kepala Krist. Tetapi Krist berhasil menghindarnya. Pria tersebut kemudian melompat mundur untuk menjaga jarak. "Siapa kamu? Di mana kau sembunyikan ayahku?" tanya Krist. Lalu pria bertopeng tersebut menunjuk ke arah belakang tubuhnya. Di sana ada seorang lelaki terikat di tiang. Wajahnya tertutup oleh rambutnya yang berwarna putih. Dari baju dan rambutnya, Krist mengetahui kalau itu adalah ayahnya.
"KURANG AJARRR!" Teriak Krist sambil melompat menerjang ke arah pria bertopeng tersebut. Krist memukul orang tersebut bertubi-tubi dengan kecepatan tinggi. Tetapi semua pukulan tersebut berhasil ditahan. Pertarungan sengit terjadi. Krist berusaha menyerang pria bertopeng tersebut, tetapi tidak satu serangan pun yang berhasil mendarat di tubuhnya. Begitu ada celah sedikit, pria tersebut menyarangkan tendangannya di perut Krist. Krist terpental sampai hampir menabrak dinding.
"Kuat sekali orang ini, siapakah dia sebenarnya?" pikir Krist.
Krist menarik pedang dari sarungnya, kemudian mulai menyerang pria bertopeng. Ia mencoba menebas ke arah pria tersebut, tetapi pria tersebut dengan lihainya berhasil menghindari semua tebasan tersebut. "Jangan-jangan, dia adalah seorang Underground Hunter yang pernah menyerang ayah waktu itu," pikir Krist yang teringat cerita ayahnya dahulu.
"Orang ini gesit sekali, kalau begini tidak akan ada habisnya," pikir Krist. "Baiklah sekarang saatnya kugunakan jurusku."
Lalu Krist mengambil Bracer dari kantungnya dan memakainya di pergelangan tangan kirinya. Kemudian dia menyentuh ujung pedangnya, tiba-tiba api menyelubungi pedang tersebut.
"Pedang Api," kata Krist. Lalu Krist kembali menerjang ke arah pria tersebut. Ia menebas pedangnya ke arah pria bertopeng itu. Pria bertopeng tersebut berhasil menghindari pedangnya, tetapi tidak bisa menghindari apinya. Api itu membakar sebagian pakaiannya.
"Panas," pikir pria bertopeng tersebut sambil menghindar tebasan pedang Krist. Krist melihat lawannya sudah mulai kehilangan konsentrasi karena pengaruh apinya. Kemudian mengambil kesempatan tersebut dan berhasil membelah topeng orang itu.
Krist kaget begitu melihat orang yang ada di balik topeng tersebut. Orang itu adalah ayahnya sendiri.
"Loh ayah?" kata Krist kaget. "Lalu itu siapa?" Kata Krist sambil menunjuk orang yang diikat di tiang. Lalu Krist berjalan ke arah orang yang diikat tersebut. Kemudian mengangkat wajahnya.
"BWEEEE!" kata orang tersebut yang ternyata adalah teman Krist yang memakai wig palsu, Bardy.
"Bardy, kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Krist bingung.
"Ini semua adalah rencana ayahmu," kata Bardy.
"Ayah? apa maksudnya ini?" Tanya Krist kepada ayah.
"Bagaimana kekuatan pria bertopeng barusan? Kuat bukan? Sudah kubilang ayahmu ini adalah Hunter legendaris, meskipun kemampuan sudah menurun jauh karena sudah tua, tetapi tetap saja masih kuat, kamu tidak usah khawatirkan ayah lagi," kata Ace.
"Ayah..." kata Krist pelan.
"Ya benar, berangkatlah Krist," kata Megat yang masuk dari luar pintu gudang. "Aku iri, padahal aku duluan yang bermimpi ingin menjadi Hunter, tetapi ternyata kamu duluan yang pergi."
"Pergilah Krist," kata Bardy yang masih terikat tersebut.
"Kalian..." kata Krist. Kemudian Krist mulai menitikkan air mata. "Kalian begitu memikirkan diriku, terima kasih..." Krist dibanjiri oleh air mata terharu.
"Ngomong-ngomong," kata Bardy. "Bisa tolong lepaskan ikatan ini? aku sudah mulai encok."
Kemudian mereka keluar dari gudang tersebut. "Baiklah, nanti malam di rumah kita pesta minum. Megat, Bardy, ajak teman-temanmu yang lain. Kita adakan acara perpisahan untuk Krist...eh bukan..tetapi acara pengusiran, hahaha," kata Ace.
"Oke, kami akan datang. Tunggu kami ya Krist," kata Megat sambil berlari ke arah desa.
Begitu malam tiba, teman-teman Krist berjumlah 5 orang datang ke rumah Krist. Mereka memulai pesta perpisahan. "Untuk Krist yang akan menjadi Hunter! Mari bersulang!" teriak Megat mengangkat botol araknya. "Yoooo!" Teriak Ace, Krist, dan teman-temannya yang lain. Pesta perpisahan berlangsung secara meriah. Megat menunjukkan tarian perutnya yang penuh dengan lemak. Bardy yang kurus mulai melakukan hand-stand tetapi terus terjatuh. Pesta tersebut penuh dengan canda tawa.
3 jam setelah itu, teman-teman Krist semua tertidur karena mabuk arak. Namun Krist tidak mabuk, ia pergi keluar rumah. "Sudah subuh masih saja di luar rumah," kata Ace.
"Eh ayah, ayah sendiri tidak tidur?" tanya Krist.
"Ayah tadi hanya minum sedikit. Ngomong-ngomong tadi kulihat kamu minum banyak, tetapi tidak mabuk sedikitpun. Hebat juga kamu. Hahaha," canda Ace.
"Tentu! Anak siapa dulu?" Kata Krist.
"Besok berangkatlah subuh-subuh. Aku sudah menyiapkan seorang Transporter lokal. Tetapi dia hanya bisa berjalan sejauh 2 kota saja. Ia hanya bisa menggunakan Barok. Ya maklumlah, seorang Transporter lokal. Masih untung ada seorang Transporter di desa ini," jelas Ace. "Bila kamu mau menjadi Hunter, pergilah ke kota Gelardo. Di sana ada markas utama Hunter benua Asthra ini. Kamu mendaftarlah di sana."
"Bagaimana caranya sampai ke Gelardo?" Tanya Krist.
"Pertama kamu ke kota Cansil dengan menggunakan Barok. Lalu sesampai di sana, carilah seorang Transporter. Transporter kota Cansil bisa mengendarai hewan terbang seperti Ptera dan lainnya. Tidak seperti di desa Alberia ini, yang ada cuma Barok yang bisa berlari saja. Lalu dari Cansil kamu bisa langsung terbang ke kota Gelardo, mudah kan?" Jelas Ace.
"Mudah-mudah susah sih," kata Krist.
"Oiya, aku kenal seorang Transporter di sana, namanya Wij. Bila kamu sudah sampai di sana, carilah dia dan sebutkan saja namaku, pasti dia mau membantumu," kata Ace.
"Wij ya, akan kuingat-ingat. Doakan semoga tidak lupa saja ya, hahaha," kata Krist.
"Ada hal yang ingin kutanyakan ayah," kata Krist.
"Apa itu?" Tanya Ace.
"Selama ini aku merasa aneh, ayah kan tidak punya Mark. Mengapa mempunyai Bracer?" Tanya Krist.
"Itu adalah Bracer milik temanku, suatu hari dia tiba-tiba saja menghilang, pergi tanpa Bracer miliknya. Jadi kusimpan saja," kata Ace.
"Kenapa diberikan kepadaku? mungkin saja ia ingin mengambilnya kembali," kata Krist.
"Tenang saja, Bracer itu sudah jadi milikmu, lagipula mungkin dia sudah tidak menginginkannya lagi," kata Ace.
"Kenapa dia tidak menginginkannya lagi?" tanya Krist ingin tahu.
"Ahh sudahlah. Tidak penting," kata Ace.
Karena merasa sepertinya ayahnya tidak ingin membicarakan hal tersebut, Krist tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
"Krist, ada sesuatu yang ingin kuberitahu kepadamu sejak dahulu," kata Ace.
"Apa itu?" Tanya Krist.
"Aku merasa sepertinya kamu sudah cukup besar untuk mengetahui hal ini, dan aku ingin engkau mengetahui hal ini sebelum pergi supaya tidak ada penyesalan,"
"Ya, apa itu?"
"Krist, aku bukanlah ayah kandungmu..."
Krist terdiam. Ia tahu bahwa ayahnya kali ini tidak bercanda.
"Aku menemukanmu di hutan. Orangtua kandungmu meninggalkanmu di hutan. Aku mencari orangtuamu tapi tidak kunjung ketemu. Jadi kamu kuangkat sebagai anak. Maafkan aku baru memberitahumu sekarang. Kamu pasti terluka..." Kata Ace.
Krist hanya bisa terdiam. Setelah beberapa saat, Krist berjalan mendekati Ace. Krist dan Ace saling berpandangan. Lalu tak disangka, Krist memeluk Ace.
"Jujur, aku agak kaget mendengar hal itu. Tetapi aku tidak peduli. Bagiku kau adalah ayahku yang sesungguhnya. Perhatian yang kau beri selama ini, latihan selama ini, kasih sayang yang kudapatkan, semuanya adalah nyata. Kita adalah ayah dan anak, terima kasih ayah," kata Krist sambil memeluk Ace.
"Terima kasih...Krist..." kata Ace perlahan. Air mata mengalir dari matanya.
Keesokan harinya di pagi hari Krist sudah bersiap-siap akan berangkat. Ia membawa pedang milik Ace dan Bracer. Tak lupa ia membawa botol minum dan makanan. Tak lama kemudia, Ace, Krist dan teman-teman Krist sudah berada di pintu gerbang desa Alberia.
"Inikah Barok?" tanya Krist yang melihat seekor binatang berkaki empat yang terlihat ganas. Barok adalah hewan karnivora, ia mempunyai bulu yang sangat lebat, moncong yang panjang, dan gigi yang tajam. Ia bisa dinaiki maksimal dua orang. Bila tidak ada Transporter, tentu saja hewan tersebut akan segera memangsa orang-orang yang ada di sana.
"Kau hanya boleh kembali kalau sudah menjadi nomor 1," seru Megat.
"Jangan lupa oleh-oleh kalau sudah kembali ya," kata Bardy.
"Sip deh," kata Krist.
"Ayah akan baik-baik saja di sini. Pesan ayah, jangan mati," kata Ace.
"Ah ayah, belum pergi saja sudah menyumpahi aku," jawab Krist. Teman-teman Krist semuanya tertawa.
"Baiklah saya pergi dahulu ya, doakan saya sukses. Ayo kita berangkat, pak Transporter," kata Krist.
Kemudian berangkatlah Krist bersama Transporternya menuju kota Cansil.
"Jadilah nomor 1!" Teriak Ace dari kejauhan.
Subscribe to:
Comments (Atom)